Konsulat Muda Jepang Motivasi Mahasiswa FIS UIN Sumut untuk Karir dan Studi di Jepang

Deli Serdang. Program Studi Sosiologi Agama bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama melaksanakan seminar Internasional dengan tema “ Budaya Etos Kerja orang Jepang : Kiat Sukses Membangun Karir dan Persiapan Studi di Jepang “ di aula kampus FIS UIN Sumut, Kamis (20/6). Seminar Internasional ini menghadirkan narasumber Konsulat Muda Konjen Jepang di Medan, Mr Asano Shunya didampingi oleh Staf konsulat bidang pendidikan dan kebudayaan, Utari. Kegiatan ini dipandu oleh dosen Prodi Sosiologi Agama, Ahmed Fernanda Desky, M.Si

Ketua HMJ Sosiologi Agama, Fitra Yusdarly Harahap mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang dilaksanakan setelah pelantikan beberapa bulan yang lalu. Adapun tema yang diambil ini merupakan keinginan dari teman teman mahasiswa yang ingin mempersiapkan studi lanjutnya di Jepang. Oleh sebab itu melalui seminar ini diharapkan mahasiswa mendapatkan akses informasi bagaimana dapat melanjutkan studinya di Jepang.

Sementara itu Dekan FIS, Dr Nursapia Harahap mengatakan mengapresiasi kegiatan yg dilaksanakan oleh HMJ Sosiologi Agama.karena telah mempersiapkan acara seminar ini dengan sebaiknya terlebih lagi dapat menghadirkan konsulat muda Jepang di Medan ke kampus FIS UIN Sumut. Dia menambahkan tema yang diambil ini merupakan tema yang cukup penting, sebab Jepang sebagai sebuah negara yang maju, tidak terlepas dari budaya etos kerja mereka yang disiplin dan tepat waktu.

Kita harus belajar banyak dari masyarakat Jepang, apalagi soal kedisplinan waktu dan tertib, ini menjadi modal sosial untuk membangun sebuah negara yang maju pula, ” ujar Dr Nursapia harahap, MA. Dia menambahkan, Jepang sebagai negera maju juga tidak melupakan identitas kebudayaannya termasuk nilai dan norma yang berlaku disana, sehingga menjadi kesatuan yang tidak dipisahkan sebagai orang Jepang kemanapun dan dimanapun dia berada.

Selain itu Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UIN Sumut, Prof Dr Katiman, M. Ag sebelum membuka acara ini secara seremonial juga menyebutkan, bahwa negera Jepang merupakan salah satu negera di Asia yang menjadi tujuan pelajar untuk sekolah sampai tingkat Doktor. Oleh sebab itu, melalui seminar internasional ini selain kita mempelajari etos kerja di Jepang, juga harus memberikan akses informasi untuk memperoleh beasiswa pendidikan di Jepang. Oleh sebab itu, tentunya besar harapan tahun yang akan datang, ada alumni maupun dosen FIS yang bisa studi lanjutnya ke negara Jepang.

Konsulat Jepang di Medan, Mr. Asano Shunya dalam pemaparannya kepada ratusan mahasiswa FIS UIN Sumut yang hadir menyebutkan saat ini ada 888 beasiswa dari pemerintah Jepang yang sudah diberikan kepada mahasiswa asal Indonesia dan menurutnya beasiswa ini merupakan beasiswa terbesar di dunia. Sementara untuk jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang sebanyak 5792 mahasiswa. Selain itu dalam konteks demokrasi, Indonesia justru mendapatkan bonus demografi dimana jumlah populasi stabil dan dapat memberangkatkan tenaga kerja, hal ini berbanding terbalik dengan Jepang yang angka kelahirannya menurun mencapai 0.99 di Tokyo sehingga kekurangan tenaga kerja di Jepang. Dia juga membagikan tips bagaimana agar sukses untuk generasi kedepannya

Di Jepang itu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, setidaknya ada tiga tips untuk bisa sukses yaitu, tepat waktu, disiplin dan belajar bahasa Jepang, apalagi orang Indonesia itu friendly (ramah) itu jadi modal sosial yang sangat baik, ” ujar Mr Asano Shunya yang sudah lebih dari 2 tahun bertugas di Medan.

Selain itu, Utari staf konsulat juga menyampaikan bahwa di Jepang saat ini ada program beasiswa ” Monbukagakusho” atau MEXT (Ministry of Education, Culture, Sports, Science, and Technology) dimana penerima beasiswa setiap tahunnya sebesar 102 ribu orang. Adapun fasilitas yang didapat antara lain tidak adanya ikatan dinas, bebas biaya pendaftaran, tiket pesawat pulang dan pergi, gratis pembuatan visa pelajar bebas biaya kuliah, matrikulasi dan ujian uang masuk.

” Agar lolos program beasiswa ini juga harus memperhatikan beberapa hal antara lain , mengasah kemampuan bahasa Inggris atau Jepang, mengantisipasi pertanyaan dari pewawancara, mempertajam motivasi belajar di Jepang, memberikan jawaban yang lugas dan tidak memikirkan diri sendiri, ” ujarnya. Hadir dalam kegiatan seminar ini , Wakil Dekan I Dra Retno Sayekti, M.Lis, Wakil Dekan II Dr Abdul Karim Batubara, MA, Wakil Dekan III Yoserizal Saragih, M.Ikom, Kepala Tata Usaha, Dr Rafnitul Hasanah, MA, Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi di lingkungan FIS UIN Sumut, ratusan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, para dosen dan juga staf kepegawaian.Kegiatan ini ditutup dengan foto bersama dan pemberian cinderamata (RM)

Dosen Sosiologi Agama Menjadi Narasumber Youth Interfaith Harmony di Padang Sidempuan

Padang sidempuan, Dosen Program studi Sosiologi Agama Purjatian Azhar, M. Hum menjadi pembicara pada acara Youth Interfaith Harmony di Padang Sidempuan. Acara tersebut diselenggarakan oleh kerjasama Komite Nasional Lutheran World Federation KN-LWF dengan Gereja Kristen Protestan Angkola GKPA, sabtu 15 Juni 2024.

Acara tersebut mengundang para pemuda dari berbagai lintas agama, baik itu Kristen, Katolik, Islam dan juga Budha di Padang Sidempuan. Dalam paparan nya Purja menjelaskan bagaimana peran pemuda dalam merawat perbedaan dalam bingkai kebhinekaan. Purja memulai pemaparan dengan mengajak berefleksi kepada semua peserta untuk kembali menerima segala bentuk perbedaan, perbedaan adalah kehendak Tuhan, maka terimalah segala bentuk perbedaan dengan penuh keikhlasan dan kebijaksanaan, tegas nya.

Selanjutnya Purja juga menjelaskan bagaimana sikap beragama bagi seorang muslim. Pertama, Berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadits serta Pancasila dan UUD 1945, artinya dalam beragama maka yang menjadi sumber hukum adalah Al-Qur’an dan Hadits, begitu juga dalam bernegara, maka yang menjadi sumber hukum dan yang harus ditaati adalah Pancasila dan UUD 1945. Kedua, berpikir secara Inklusif, terbuka dan open minded. Ketiga memiliki sikap Tabayyun, artinya tidak mudah menyalahkan dan menghakimi ketika terjadi perbedaan pendapat dan pandangan khususnya dalam konteks beragama. Keempat, memiliki sikap Agree in Disagreement (Setuju dalam Ketidaksetujuan) dan, kelima, memilki sikap untuk Berbaur tetapi tidak melebur.

Purja melihat bahwa pemuda memiliki peran yang cukup sentral dalam merawat keharmonisan umat beragama, artinya bahwa tugas-tugas dalam merawat perdamaian dan keharmonisan bukan semata tugas para agamawan saja, tetapi pemuda juga memiliki tugas yang sama dalam menjaga dan merawat keharmonisan antar ummat beragama. (PA)