Pada tanggal 24–26 April 2025, Komite Nasional – Lutheran World Federation (KN-LWF) Indonesia, dengan dukungan dari Inclusive Citizenship and Human Rights (ICHR), menginisiasi Pelatihan Penguatan Perdamaian dan Kerukunan Antar Umat Beragama di Sipirok, Tapanuli Selatan. Selama tiga hari, peserta dari lintas iman berkumpul dalam semangat belajar bersama dan membangun jaringan lintas agama yang lebih kuat.
Pelatihan ini menghadirkan dua Narasumber utama: Purjatian Azhar, M. Hum, Dosen Sosiologi Agama Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara, serta Dr. Hanna Dewi Aritonang, dosen Teologi Agama-Agama dan Studi Perdamaian IAKN Tarutung. Para peserta yang hadir berasal dari beragam komunitas, mulai dari pengurus pemuda-pemudi GKPA wilayah Sipirok, pemuda Vihara Avaloskitesvara Padangsidimpuan, hingga Ketua dan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sipirok.




Materi pelatihan dibagi dalam tiga fokus utama. Pertama, peserta diajak memahami bahwa keberagaman adalah realitas yang memperkaya, bukan memisahkan. Purjatian Azhar, M. Hum dan Dr. Hanna membuka kesadaran bahwa perbedaan iman, budaya, dan pandangan hidup seharusnya menjadi jembatan, bukan dinding pemisah. Pada materi kedua, peserta diajak menggali akar konflik berbasis agama dan perilaku intoleransi, serta bagaimana pendekatan resolusi konflik dapat membangun kembali jalinan sosial yang sempat retak. Terakhir, sesi ketiga memperkenalkan keterampilan komunikasi yang esensial untuk membangun dialog lintas iman yang sehat, menekankan pentingnya mendengarkan aktif dan menunjukkan empati dalam setiap percakapan.
Memasuki hari kedua, suasana pelatihan difokuskan pada lokakarya. Peserta menyusun Analisis SWOT untuk menilai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam membangun kerukunan di Sipirok, sekaligus merancang Rencana Tindak Lanjut sebagai komitmen bersama dalam menguatkan perdamaian di lingkungan masing-masing.
Hari ketiga menjadi momen yang tak kalah penting. Peserta melakukan kunjungan langsung ke tiga komunitas agama: Masjid Sri Alam Sipirok yang berdiri sejak 1926 sebagai simbol moderasi Islam lokal, Parau Sorat Center GKPA yang memiliki nilai sejarah dalam penyebaran misi gereja Lutheran, serta Vihara Avaloskitesvara Padangsidimpuan, satu-satunya vihara yang telah berdiri kokoh selama 30 tahun di Tapanuli Selatan. Melalui kunjungan ini, peserta tidak hanya belajar sejarah dan tradisi masing-masing, tetapi juga menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam terhadap keberagaman iman yang ada.
Pelatihan ini menegaskan satu hal penting: perdamaian lahir dari perjumpaan yang tulus dan penghargaan yang dalam terhadap perbedaan. Dari Sipirok, semangat ini menyebar, membawa harapan bagi masa depan kerukunan di Indonesia.