Panai Tongah, 30 September 2025 – Dalam acara Pembinaan Keluarga Kristen bagi warga jemaat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) di Panai Tongah, Purjatian Azhar, M.Hum, Dosen Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, di daulat menjadi narasumber dan menyampaikan materi bertajuk “Merajut Persaudaraan Antar Iman dalam Bingkai Kebhinekaan”. Acara ini bertujuan memperkuat hubungan keluarga yang sholeh secara sosial dan harmonis melalui pemahaman terhadap keberagaman.
Purja menegaskan pentingnya memahami perbedaan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Mengutip Q.S. Al Hujurat: 13, ia menyampaikan bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, dengan keimanan sebagai ukuran kemuliaan. Ia juga merujuk Q.S. Yunus: 99, yang menegaskan bahwa keimanan tidak dapat dipaksakan, sehingga sikap saling menghormati menjadi kunci harmoni sosial.




Purja menekankan bahwa saling menghargai antar pemeluk agama adalah fondasi utama dalam membangun masyarakat yang harmonis. Sikap ini mencakup pengakuan terhadap hak setiap individu untuk memeluk agama dan keyakinannya tanpa diskriminasi atau tekanan. Dengan saling menghargai, umat beragama dapat menciptakan ruang dialog yang produktif, mencegah konflik, dan memperkuat persaudaraan. Ia mencontohkan bahwa menghargai perbedaan bukan berarti menyetujui semua pandangan, melainkan memberikan ruang untuk hidup berdampingan dengan damai, sesuai dengan prinsip agree in disagreement (setuju dalam ketidaksetujuan).
Dalam presentasinya, Purja menyoroti warisan kolonial yang cenderung menyeragamkan perbedaan, padahal perbedaan seharusnya dilihat sebagai kekuatan, bukan ancaman. Mengutip Gus Dur, “Yang sama jangan dibeda-bedakan, yang beda jangan disama-samakan,” ia mengajak para peserta untuk mengedepankan sikap inklusif, tabayyun (klarifikasi), dan berpegang pada Kitab Suci, Pancasila, dan UUD 1945 sebagai landasan beragama yang moderat. Ia juga menegaskan pentingnya berbaur tanpa melebur dengan identitas lain.
Peran Orang Tua dalam Membentuk Sikap Anak
Purja juga menyoroti tanggung jawab besar orang tua dalam membentuk sikap dan perilaku anak agar memiliki rasa saling menghargai terhadap perbedaan agama, budaya, dan kebiasaan. Di era modern yang penuh dengan informasi dan interaksi lintas budaya, orang tua memiliki peran strategis untuk menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini. Ia menekankan bahwa anak-anak belajar dari teladan orang tua, baik melalui ucapan, sikap, maupun tindakan sehari-hari. Orang tua perlu menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung dialog terbuka tentang keberagaman, mengajarkan empati, dan memperkenalkan anak pada nilai-nilai universal seperti kasih sayang, keadilan, dan perdamaian. Dengan demikian, anak akan tumbuh dengan sikap terbuka, menghormati perbedaan, dan mampu hidup harmonis di tengah masyarakat yang beragam.
merawat toleransi, Purja mengusulkan langkah-langkah praktis, seperti tidak memaksakan keyakinan, menjalin dialog antaragama, fokus pada nilai-nilai universal, serta menjaga sikap, ucapan, dan perbuatan. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menolak gerakan transnasional yang bertujuan mengganti Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara.
Purja mengingatkan bahaya radikalisme dan terorisme sebagai ancaman terhadap kebhinekaan. Ia menjelaskan bahwa radikalisme, meski tidak selalu identik dengan terorisme, dapat menjadi cikal bakal tindakan kekerasan jika tidak ditangani dengan bijak. Ia juga mengajak para peserta untuk mewaspadai berita hoaks yang dapat memecah belah persatuan. Untuk mengatasi hoaks, ia menyarankan untuk berhati-hati terhadap judul berita provokatif, memverifikasi sumber berita dari media kredibel seperti Kompas.com atau Detik.com, serta memeriksa keaslian foto dan video.
Acara ini juga menggarisbawahi pentingnya kembali pada budaya dan kearifan lokal Nusantara, seperti bahasa daerah, adat istiadat, dan tradisi lokal, sebagai wujud komitmen terhadap kebhinekaan dan identitas ke-Indonesiaan. Dengan semangat “NKRI Harga Mati,” Purja mengajak para peserta untuk meneguhkan patriotisme dalam menjaga kedaulatan bangsa.