Dekan FIS Monitoring Awal Perkuliahan Semester Gasal 2023/2024

Dekan Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara, Dr Nursapia, MA melakukan monitoring perkuliahan perdana Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara, Rabu 6 September 2023 di kampus IV UIN Sumut.

Dekan dalam kunjungannya di kelas Semester I Prodi Sosiologi Agama mengatakan bahwa hari ini merupakan awal perkuliahan semester Gasal 2023-2024 maka semua perangkat dalam perkuliahan perlu di monitoring dan juga dievaluasi. Perangkat perkuliahan dapat berupa kesiapan sarana dan prasarana perkuliahan, kehadiran dosen, perangkat kelas, portalsia, dan lain sebagainya.


Selain itu Wakil Dekan Bidang akademik dan kelembagaan, Dra Retno Sayekti, M.Lis yang turut mendampingi Dekan dan pimpinan fakultas dan Prodi juga menyampaikan etika akademik yang sudah berlaku di kampus UIN baik itu etika komunikasi serta etika dalam penggunaan busana di kampus. Kunjungan monitoring ini juga dilakukan di semua kelas prodi yang ada di FIS yakni Sejarah Peradaban Islam, Sosiologi Agama, Imu Komunikasi dan Ilmu Perpustakaan.

Turut hadir dalam mendampingi Dekan FIS UIN Sumut, Wakil Dekan Bidang Akademik dan KelembagaanDra. Retno Sayekti , M.Lis. Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan , Dr. Abdul Karim Batubara, S.Sos., M.A. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama , M. Yoserizal Saragih, S.Ag., M.I.Kom, pimpinan Prodi dan Tata usaha.

Selamat Datang Mahasiswa Baru Prodi Sosiologi Agama FIS UIN Sumut “Pelopor Moderasi Beragama”

Program Studi Sosiologi Agama menyambut mahasiswa baru prodi Sosiologi Agama tahun 2023 yang ditandai dengan Pengenalan Budaya Akademik (PBAK) yang dilaksanakan pada tanggal 29-30 Agustus 2023 di Kampus UIN Sumatera Utara.

Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan Prof Dr Nurhayati, MAg menyampaikan, UINSU sebagai kampus pusat moderasi beragama bertugas mencetak insan berkarakter tangguh dengan nilai-nilai Islam, berilmu dan berketerampilan serta memiliki kecakapan hidup, kelak mengisi pembangunan di Indonesia. Pengenalan Budaya Akademik (PBAK) tahun ajaran 2023/2024 yang diikuti 5.587 mahasiswa baru dari delapan fakultas di kampus Islam negeri ini yang digelar di kampus IV Tuntungan, 

Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Dr Nursapia, MA dalam sambutannya mengucapkan selamat datang di kampus FIS UIN Sumatera Utara bagi mahasiswa/i baru. Dalam momentum PBAK ini, diharapkan kepada mahasiswa baru untuk dapat mengenal budaya akademik di kampus UIN Sumut dan tentunya agar mahasiswa nantinya dapat menorehkan prestasinya untuk kampus tercinta, baik prestasi akademik maupun non akademik.

Ketua Prodi Sosiologi Agama, Neila Susanti, M.Si mengatakan mahasiswa Prodi Sosiologi agama juga diharapkan menjadi insan akademis yang membawa nilai-nilai Islam yang moderat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sosiologi agama hadir ditengah-tengah dinamika masyarakat yang plural dan berupaya menjawab tantangan tersebut. Maka dari itu dalam momentum PBAK Sosiologi Agama memiliki jargon ” Sosiologi Agama, Pelopor Moderasi Beragama “. Neila juga berpesan kepada mahasiswa baru, untuk serius dalam mengikuti perkuliahan dan budaya akademik lainnya, sebab lulusan Sosiologi Agama juga mulai diperhitungkan di dunia pekerjaan.

” Alhamdulillah, alumni kita sudah banyak yang mulai meniti karir, ada yang sebagai fasilitator di NGO, tenaga pendidik, wirausaha, swasta dan lainnya, ” kata Neila didampingi oleh Sekretaris Prodi Sosiologi Agama FIS UIN Sumut, Rholand Muary, M.Si

Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Agama FIS UIN Sumut, Rizki Kurniawan menyambut kedatangan mahasiswa Sosiologi Agama dengan melakukan perkenalan dan budaya akademik di FIS UIN Sumut. Dia juga mengajak agar mahasiswa baru nantinya juga ikut terlibat dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan untuk mengasah kemampuan manajerial dan kepemimpinan organisasi.


Sosiologi Agama itu laboratoriumnya bukan di gedung mewah yang ber AC, namun di masyarakat, maka apapun ceritanyanya kita akan kembali ke masyarakat, maka anak anak SA (Sosiologi Agama) harus punya kemampuan dalam mengorganisir masyarakat,” pungkasnya.

Hadir dalam kegiatan PBAK yang dilaksanakan di hari ke II kampus FIS UIN Sumut, Wakil Dekan bidang Akademik dan Kelembagaan, Dra Retno Sayekti, M.LIS, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan , Dr Abdul Karim Batubara, MA, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, M. Yoserizal Saragih, S.Ag., M.I.Kom, Kepala Tata Usaha, Ketua Prodi, Sekretaris Prodi, Kepala Laboratorium, Dosen dan staf di lingkungan FIS UIN Sumut. Acara PBAK ini juga diisi dengan kuliah motivasi dan ditutup dengan penanaman pohon di halaman kampus. (RM)

Konferensi Internasional Sosiologi Agama ” Religion in the Political Vortex: Problems and perspective”.

Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan, menggelar Konferensi Internasional dengan tema “Religion in the Political Vortex: Experiences and Perspectives”,  pada 21-23 Juni 2023 di Parapat. Di tahun ini itensitas kegiatan politik akan semakin menunjukan tensi semakin tinggi. Tema konferensi sosiologi Agama kali ini mencoba untuk mewacanakan kembali pengetahuan politik dari perspektif sosiologi agama.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UIN Sumatera Utara, Dr. Nursapia, MA menyebutkan Kementerian Agama RI telah mengembangkan konsep moderasi beragama dalam upaya meneguhkan dan menguatkan kehidupan kebangsaan. Sekaligus mengembangkan keadaban bangsa agar negara kokoh dan stabilitas nasional dapat terjaga.

Dalam konteks jelang tahun politik 2024 ini, maka kita sangat penting mempekuat peran sosiologi agama dalam menjaga keutuhan NKRI. Sebagai sivitas akademika di bawah Kementerian Agama, kita juga wajib menguatkan perhatian kita, agar polarisasi politik yang berkembang pada periode sebelum ini tidak terjadi lagi.”

Dia menambahkan Kepihatinan kita pada hubungan agama dan politik yang dipraktikkan dalam masyarakat kontemporer itulah yang mendorong terlaksananya konferensi ini. Dekan FIS berharap kehadiran 50 peserta internasional conference ini dapat berbagi pengalaman, temuan-temuan riset di berbagai lapangan seputar yang dimaksud dalam kajian sosiologi agama.

Tentu saja, temuan-temuan yang ada akan memberi dampak pada kemajuan teori-teori di bidang sosiologi agama dan berkontribusi pada kehidupan kebangsaan kita,” katanya.

Ketua Asosiasi Sosiologi Agama Indonesia (ASAGI) Dr Muhammad Syuhada M.Hum dalam sambutannyanya menegaskan, tema yang dibahas dalam konfrensi kali ini merupakan tema yang hangat dan lagi diperbincangkan dalam konteks politik dan agama di Indonesia.

Tema ini, menurut saya merupakan tema yang keren ya, tema yang merangsang kegelisahan agama kita dalam setiap kontestasi. Ini memiliki arti penting. Pertama, konteks keilmuan sosiologi agama. Tema ini bagus dan konfrensi ini menjadi landasan pijakan, bagaimana sosiologi agama membicarakan politik agama. Relasi politik agama yang selama ini terjadi bisa kita urai dan mengatasi problem yang sedang terjadi,” katanya.

Dalam lingkup Program Studi Sosiologi Agama kata Syuhada, sosiologi agama harus mampu mengembangkan kajian ini secara teori dan praktik. Itulah yang membedakan keilmuan sosiologi agama dengan ilmu politik dan ilmu umum lainnya.

SA dapat menyeimbangkan kondisi praktis agama bahkan relasi agama dan politik. Perbincangannya senantiasa ditempatkan di tujuan utama, kontribusi agama, membangun keutuhan kedamaian dalam dinamika politik Indonesia saat ini,” katanya.

Sedangkan Ketua Panitia International Conference on Sociology of Religion, Dr Faisal Riza MA mengatakan jumlah peserta yang ambil bagian dalam international conference ini sekitar 50 peserta. Kata Faisal, kegiatan ini sudah direncanakan satu tahun lalu dan sudah dimaksimalkan dari kegiatan sebelumnya di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tuan rumah UINSU, maka sejak itu kita menjadi panitia lokal, intens melakukan diskusi bersama dosen prodi untuk mempersiapkan itu semua. Tiga Dekan FIS (Dr Maraimbang, Prof Abdurrahman dan Dr Nursapia Harahap) juga saling mendukung dalam acara ini,” katanya.

Pembicara yang akan hadir dalam konferensi ini antara lain Profesor Mehmet Ozay (dari Marmara University Turkey), Dr. Suhada dari UIN Yogyakarta (Ketua Umum ASAGI), dan Dr. Faisal Riza, Pengkaji Politik dan Aktivisme Islam dari UINSU. Kegiatan ini juga akan dibuka dan dilengkapi oleh pembicara kunci (keynote speaker) dari Rektor UINSU Prof. Dr. Nurhayati. Kegiatan ini akan dipusatkan di kawasan Danau Toba, tepatnya di Kota Parapat, Kabupaten Simalungun.

konferensi Internasional menjadi penting untuk dilaksanakan i karena, pada umumnya masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama yang baik, namun dalam kestabilan tersebut menyimpan potensi-potensi konflik sentimen agama. Oleh sebabnya prodi-prodi sosiologi agama mecoba pada kegiatan tahunan ini membuka diskusi mengkobinasi antara perspektif sosiologi agama dan perspektif politik guna memperkaya wawasa ilmiah melihat fenomena ini. Tujuan kegiatan ini di lain sisi juga mengasah ketajaman citivitas akademik bagi  dosen-dosen sosiologi agama, ke mahasiswa dan kemasyarakat luas.

     Tahapan kegiatan konferensi Internasional Sosiologi Agama tahun 2023 yang di laksanakan di Parapat Sumatra Utara adalah hasil dari keputusan satu tahun yang lalu di kegiatan ASAGI lombok, yang mengamanatkan untuk tahun 2023 di adakan di Sumatra Utara. UIN Sumatra Utara selaku Tuan ruman pada tahun ini mencoba memaksimalkan agar kegiatan ini bejalan dengan lancar. Hal ini terlihat, tidak hanya kalangan dosen prodi Sosiologi Agama yang di libatkan saja, namun oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumut melibatkan puluhan dosen yang berada dalam satu fakultas tersebut (RM/Ist)

Mahasiswa Sosiologi Agama ikuti Program International Summer Course 2023


Medan, Mahasiswa program studi agama FIS UIN Sumut mengikuti program international Summer Course 2023 yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Hal ini ditandai dengan Letter of Acceptence (LoA) yang diterima oleh mahasiswa Sosiologi Agama dengan seleksi yang ketat oleh penyelenggara, Adapun nama nama tersbut yakni Alvira Wiabda Tambunan dan Habibina Menatri. Kegiatan Summer Course ini mengambil tema “ Social Entrepreneurship to Achieve Sustanable Development Goals” yang dilaksanakan pada tanggal untuk sesi course 21-23 Agustus 2023 dan untuk fieldtrip study dilaksanakan pada 22-31 Agustus 2023. Kegiatan ini dimulai kelas materi yang disampaikan oleh beberapa narasumber nasional dan internasional yakni Rae Macapagal (Universitas of Philipines ) dan Prof Dr. Zainal Abidin Sanusi)

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan fieldtrip study dengan puluhan mahasiswa dan dosen dalam negeri dan internasional ke Berastagi, pulau samosir, Siosar Kabanjahe dan ditutup dengan mengeskplor kota Medan termasuk kunjungan ke Istana Maimun.

Alvira Wiabda Tambunan menceritakan pengamalamannya dalam mengikuti kegiatan Summer Course 2023 mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan suatu praktik kita sebagai mahasiswa harus mengeksplor dunia luar dengan mengikuti kegiatan di luar kampus agar bisa mengetahui dan membandingkan bagaimana tingkat kemampuan kita jika di adu dengan mahasiswa luar negeri contoh dari negeri tentangga yaitu Malaysia dan Filipina, yang dimana kegiatan ini dilakukan selama 10 hari tanpa dipungut biaya dalam proses kegiatan.

Maka kegiatan ini merupakan suatu peluang mahasiswa untuk mempraktikkan dalam berkomunikasi dalam bahasa inggris itu merupakan pembelajaran yang paling banyak dan kita bisa mengetahui bagaimana aturan serta keunggulan jika dibandingkan dengan kampus luar. Sementara itu, Habibina menatri juga menceritakan tentang bagaimana mengenalkan kuliner di sumatera utara serta respon dari mahasiswa dan dosen luar negeri yang berasal dari Malaysia dan Filipina.

Dari beberapa makanan yang di sajikan seperti bakso, ikan asam manis, rendang, teri medan, pempek, rujak dan masih banyak jenis makanan yg mereka sukai karena cocok di lidah mereka. Mereka sangat bersemangat untuk mencoba makanan khas sumatera utara yang didukung dengan wisata di sumatera Utara seperti Danau toba, Samosir, tomok, dan Berastagi. Pada saat kami mengunjungi Huta sialagan di Samosir, mereka sangat antusias mendengarkan asal usul batak toba yang disampaikan oleh tokoh adat. Huta sialagan merupakan rumah adat zaman dahulu yang bernama rumah adat bolon yang terdiri dari 3 tingkat, tingkat pertama untuk ternak, tingkat kedua untuk berkumpul, dan tingkat ketiga untuk menyimpan barang.Tanggapan mereka mengenai sejarah batak toba yaitu menarik karena budaya yang masih kental dengan mistisnya pada masa itu dan mempunyai tempat sejarah yang dijadikan tempat wisata yang dimana budaya di negara luar hanya sesekali dijadikan tempat wisata melainkan hanya untuk disimpan individu.

“Semoga ini juga berdampak positif pada promosi budaya Indonesia” ujar Habibina.

Ketua Prodi Sosiologi Agama, Neila Susanti sangat mengapresiasi keterlibatan mahasiswa Sosiologi Agama dalam kegiatan internasional ini, dan tentunya ini menjadi dorongan yang kuat bagi prodi dan mahasiswa untuk terlibat kembali pada even-even akademis internasional selanjutnya (RM/AW/HM)

Kepengurusan Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) Wilayah Sumut dikukuhkan

Medan. Kepengurusan Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) Wilayah Sumatera Utara periodesasi 2023-2027 dikukuhkan oleh Sekjen ISI Pusat, Dr. Arie Sujito, S.Sos, M.Si melalui zoom meeting, Jumat 18 Agustus 2023. Dalam sambutannya Dr Arie Sujito, M,Si yang juga Wakil Rektor III Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengatakan bahwa ISI merupakan wadah organisasi untuk menuangkan gagasan dan ide dengan beragam latar belakang profesi yang ada.

” Sebagai seorang Sosiolog, kita mesti mampu memecahkan masalah sosial yang hari ini masih menjadi teka teki di masyarakat, Sosiolog punya peranan penting menjawab persoalan tersebut, ” ujar Sosiolog UGM ini,

Dia mencontohkan beberapa isu yang masih relevan diantaranya persoalan kemiskinan, kesenjangan sosial , ketegangan identitas, dan lain lain. Maka dari itu masing-masing dari para Sosiolog memiliki peran di masyarakat apakakah sebagai akademisi, pekerja sosial, guru, karyawan, birokrat maka harus bersama sama berkolaborasi.

Ketua Umum ISI Sumut , Rusdi, M,Sos mengatakan dalam kepengurusan ISI Sumut ini terhimpun dalam beragam latar belakang profesi, maka ruang ruang untuk saling bekerja sama membesarkan Sosiologi sangat terbuka lebar tentunya Sosiologi harus dipandang sebagai disiplin ilmu yang orang-orangnya punya kebermanfaatan di masyarakat.

Dosen Prodi Sosiologi Agama FIS UIN Sumut masuk jajaran Kepengurusan

Dosen Prodi Sosiologi Agama FIS UIN Sumut, Rholand Muary, M.Si dan Ahmed Fernanda Desky, M.Si turut diamanahkan masuk dalam jajaran kepengurusan. Diharapkan dapat bersinergi dengan ISI Sumut dalam pengembangan Prodi Sosiologi Agama. Hadir dalam kegiatan tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universaitas Sumatera Utara, Dr. Hatta Ridho, MSP, Ketua Umum Asosiasi Program Studi Sosiologi (APSSI) Indonesia, Dr. Harmona Daulay, M.Si yang juga penasehat ISI Sumut dan Wakil Dekan III FISIP USU, Sekjen APSSI, Novri Susan, PhD yang juga akademisi UNAIR, Ketua Ikatan Keluarga Besar Sosiologi (IKBS) Hendra Utama, S.Sos, MSP, Ketua Prodi Sosiologi FISIP USU, T. Ilham Saladin, M,Si dan jajaran kepengurusan ISI Sumut

Prodi Sosiologi Agama Perkuat Mahasiswa dalam Penulisan Artikel Jurnal

Deli Serdang. Program Studi (Prodi) Sosiologi Agama Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara melaksanakan pelatihan penulisan artikel ilmiah dalam bentuk jurnal di Aula Kampus IV UIN Sumut, Jalan Lapangan Golf Pancur Batu Deli Serdang, Rabu 16 Agustus 2023.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Prodi Sosiologi Agama, Neila Susanti, M,Si dalam sambutannya dihadapan puluhan mahasiswa Sosiologi Agama yang hadir mengatakan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk menambah wawasan dan kemampuan menulis mereka dalam artikel jurnal ilmiah.


Penulisan jurnal sudah bukan lagi hal yang baru bagi mahasiwa, oleh karena itu, selain kemampuan menulis artikel, mahasiswa juga harus punya kemampuan agar artikel nya bisa publish di jurnal terindeks SINTA, ” ujar Neila Susanti

Maka dari itu dalam pelatihan ini, mahasiswa SA dapat berdiskusi banyak dengan narasumber, dan dapat menjadi pembelajaran untuk menyusun tugas akhir nantinya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara Medan, Dr. Nursapia, MA dalam sambutannya juga mengajak mahasiswa untuk memahami panduan dalam penulisan artikel ilmiah di jurnal sekaligus memahami petunjuk teknis pelaksanaan ujian kolokium karya ilmiah yang berlaku di UIN Sumatera Utara, diantaranya artikel yang akan diuji ialah artikel yang diterbitkan pada jurnal terindeks Sinta 6 sampai Sinta 2, sementara Sinta 1 tidak melaksanakan ujian kolokium. Adapun ketentuan lainnya dapat dibaca dalam surat edaran tersebut.

Tentunya kami dari Fakultas mengharapkan, mahasiswa -mahasiswa Sosiologi Agama, luaran penelitiannya dapat dipublish di Jurnal Nasional terindeks Sinta, tentu kita harapkan juga dampingan dari dosen-dosen pembimbingnya, ” pungkasnya,

Narasumber dalam kegiatan ini, Dr. Maulana Adinata Dalimunthe, MA Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) mengawali presentasinya dengan menyampaikan beberapa point dalam strategi dalam penulisan karya ilmiah diantaranya ; tentukan tema, rumusan ide pokok/masalah, kumpulkan referensi, menuliskan pendahuluan, lakukan penelitian/kumpulkan data, uraian temuan/kesimpulan dan susun daftar pustaka. Acara ini dipandu oleh Sekretaris Prodi Sosiologi Agama, Rholand Muary, M.Si. Acara ini turut dihadiri para Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, Kepala Tata Usaha, Kepala Laboratorium dan dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara (RM)

Literasi Identitas Agama Leluhur

Oleh Ahmed Fernanda Desky, M.Si.

INDONESIA memiliki keanekaragaman suku, budaya, bahasa dan agama yang cukup besar di dunia. Bahkan, Indonesia telah diwarisi berbagai jenis agama leluhur oleh nenek moyang kita. Kuatnya pedoman hidup rakyat Indonesia dalam menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan demi menjaga kedaulatan.

Jiwa nasionalisme juga tidak terlepas dari ideologi bangsa ini dalam memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan norma-norma yang tertulis di dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berbagai hambatan, tantangan, dan rintangan telah dilewati negara ini demi memajukan kesejahteraan bangsa yang adil dan makmur.

Penganut agama leluhur adalah kelompok warga negara yang “agama atau kepercayaannya” dimaknai, dipahami dan diperlakukan secara berbeda dari waktu ke waktu. Agama mereka diklaim animis (primitif), sehingga perlu dimodernkan. Agama leluhur diperlakukan sebagai “budaya” yang di satu sisi perlu dikembangkan. Namun, pada masa tertentu, agama leluhur dibiarkan berkembang, dan bahkan dianggap setara dengan agama.

Peran negara saat ini adalah menjaga dan melestarikan keberagaman masyarakat beragama minoritas di Indonesia. Oleh sebab itu negara wajib melindungi, menganyomi, dan memberikan hak-hak mendasar kepada masyarakat agama leluhur ini. Negara menjaga toleransi keberagaman agama secara konstitusi. Hal ini dapat dilihat dari bentuk perhatian negara dalam menjaga kelestarian agama leluhur di Indonesia yaitu di bidang administrasi dan perlindungan hukum.

Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 61 ayat (1) menyebutkan KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua.

Pada ayat (2) menyebutkan bahwa Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.

Pada pasal 64 ayat (2) juga menjelaskan bahwa keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.

Saat ini masyarakat yang beragama leluhur juga sudah mulai diberikan haknya dalam berkesempatan berpartisipasi untuk negara. Misalnya dalam mendapatkan pekerjaan, melakukan sumpah jabatan pekerjaan sesuai agama leluhurnya, kegiatan sosial, ikut berpolitik, merayakan upacara kegamaan,mendapatkan bantuan pemerintah, mendapatkan pendidikan, perkawinan, hak ekonomi, dan kegiatan sosial kebudayaan lainnya.

Keberagaman Agama di Indonesia

Menurut Geertz, agama adalah sebuah sistem simbol-simbol yang berlaku untuk, menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi dan yang tahan lama dalam diri manusia dengan merumuskan konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi lalu membungkus konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualisasi, sehingga suasana hati dan motivasi-motivasi itu tampak khas dan realistis. Agama juga merupakan bagian dari refleksi diri manusia dalam aspek spiritual dan akal pikiran yang meyakini adanya maha pencipta sumber kehidupan di muka bumi.

Masyarakat Indonesia meyakini adanya tuhan yang hidup berdampingan dengan alam sekitar, sehingga menghargai segala isinya sebagai wujud nyata bahwa dalam menjalani hidup perlu adanya pedoman dan paradigma berpikir, baik secara materil maupun immaterial, sehingga dalam mengaplikasikan proses beragama dalam kehidupannya, masyarakat berhak memilih keyakinan atau kepercayaan tersebut sesuai dengan tradisi nenek moyang yang mereka pilih secara rasional.

Perjalanan masyarakat beragama khususnya pada masyarakat lintas iman, mereka belajar dari ajaran agamanya masing-masing bahwa pentingnya mengetahui indahnya keberagaman dan hidup berdampingan dengan cara mempunyai sikap toleransi beragama, sehingga menciptakan integrasi secara nasional dalam suatu bangsa yang aman, nyaman dan damai.

Literasi keberagaman sudah seharusnya tidak hanya diimplementasikan atas keanekaragaman jenis suku, bahasa, ras, etnis dan agama secara garis besar saja. Literasi keberagaman khususnya dalam konteks ini yaitu keberadaan agama leluhur dari Sabang sampai Merauke yang seharusnya diketahui seluruh bangsa ini. Termasuk beberapa agama leluhur yang perlu kita ketahui juga ada di Sumatera Utara, yaitu Galih Puji Rahayu (Gapura),Golongan Si Raja Batak Parbaringin Malim Marsada (Parapat), Parmalim Bale Pasogit Huta Halasan (Tobasa), Parmalim Huta Tinggi, Pambhi (Dolok sanggul), Parmalim (Barus),Parmalim Golongan Siraja Batak (Porsea), Parmalim Sijumakkon Uras (Meranti-Tobasa), Persatuan Wargo Rahayu Selamet (PWRS), Perhimpunan Parbaringin Sisingamangaraja (Kisaran-Asahan), Ugamo Bangso Batak (Medan/Samosir).

Agama leluhur ini bisa dijadikan sebagai kekayaan keberagaman agama di Indonesia. Meskipun secara nasional agamatersebut tidak terlihat sebagai agama besar di Indonesia, tapi sangat berharga untuk dijadikan sebagai warisan Indonesia.

Salah satu kontribusi agama leluhur dalam menjaga kelestarianalam di bumi pertiwi sangat berpengaruh pada sektor parawisata. Beberapa aktifitas keagamaan mereka dalam beribadah maupun kegiatan ritual lainnya, seperti upacara adat pernikahan, upacara pemakaman, upacara menyambut masa bertani, upacara panen raya dan aktivitas keagamaan leluhur lainnya juga dapat dijadikan sebagai ciri khas yang sakral yang dapat mengundang daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan menjaga keberagaman agama tersebut, maka dapat menunjukkan kekuatan negara kita kepada negara lain akan sikap toleransi bangsa ini mampu hidup berdampingan secara harmonis di tengah-tengah perbedaan.

Mengidentifikasi Literasi Agama Leluhur

Identitas sosial juga merupakan bagian dari konsep diri seseorang yang didasarkan pada identifikasinya dengan sebuah bangsa kelompok etnis, gender atau afiliasi sosial lainnya, identitas sosial sangat penting karena mereka memberi kita perasaan bahwa kita memiliki tempat dan kedudukan dalam dunia.

Tanpa identitas sosial, kebanyakkan dari kita akan merasa seperti kelereng yang mengelinding bebas dan tanpa saling terkait antara satu dengan yang lain dalam semesta (Wade, Carole dan Tavris, 2016:310). Analisis Jenkins (2008:112) tentang identitas sosial menunjukkan bahwa kategorisasi sosial menghasilkan identitas sosial dan menghasilkan perbandingan sosial, yang dapat saja berakibat positif atau negatif terhadap evaluasi diri.

Dalam kajian ilmu sosial, perlu adanya identitas diri dalam menunjukkan keberadaan, kekuasaan, dan simbol komunitas mereka di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), identitas sosial didendefinisikan atas dua kata, yaitu identitas dan sosial.

Identitas adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang “jati diri”, sedangkan “sosial” didefinisikan sebagai yang “berkenaan dengan masyarakat”. Dengan demikian, identitas sosial didefenisikan sebagai ciri atau keadaan sekelompok masyarakat tertentu. Identitas juga menunjukkan cara-cara dimana individu dan kelompok sosial dibedakan dalam hubungan dengan individu dan kelompok sosial lainnya.

Fungsi identitas sosial seseorang atau kelompok sosial adalah untuk membantu menemukan jati diri dan rasa percaya diri yang lebih tinggi, efektif, efisien, dan dialektif. Dialektif yang dimaksudkan dalah menyangkut dialog atau pembahasan penemuan jati diri identitas sosial, sehingga identitas sosial juga dapat membantu seseorang untuk mengenali dirinya darimana ia berasal melalui cara berpikir dan bertindak.

Negara sudah serius menjaga dan melestarikan kebudayaan agama lokal yang ada di Indonesia baik dari peraturan secara kontstitusi maupun pengambilan peran dalam memajukan bangsa negara ini. Akan tetapi, dari segi pendataan statistik ternyata keberadaan penganut agama leluhur masih simpang siur yang disebabkan karena minimnya data yang konkrit dari setiap penganut agama leluhur tersebut, sehingga negara dan warga negara bersama-sama perlu mendata jumlah penduduk penganut agama leluhur di seluruh Indonesia, baik dari tingkat Desa/Kelurahan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai ke tingkat pusat secara yang konkrit agar masyarakat Indonesia dapat mengetahuinya.

Literasikeberadaan agama leluhur di Indonesia masih minim, sehingga perlu dilakukannya identifikasi secara mendalam tentang keberadaan mereka. Ini merupakan babak baru bangsa ini untuk melengkapi kekayaan keberagaman agama leluhur secara nyata dan terdata. Apalaginegara memiliki lembaga tersendiri dalam mendata penduduk di Indonesia yaitu Badan Pusat Statistik (BPS).

Tidak dapat dipungkiri, untuk mengakses data jumlah penduduk berdasarkan agama besar yang diakui negara memang sudah ada.Sudah saatnya pada poin “penganut aliran kepercayaan” atau “agama lainnya” dalam hal administrasi di beberapa jenis agama leluhur harus disebutkan secara spesifikterdatamengenai indikator maupun kuantitasagamanya dari sumber literasi tersebut secara manual maupun digital.

Momen melek literasi sangat tepat dalam menggalakkan gerakan literasi digital yang nantinya masyarakat Indonesia dengan mudah mengakses data informasi secara statistik tentang keberadaan agama leluhur sehingga dapat menambah wawasan dibidang sosial, kebudayaan maupun dilingkungan akademisi.

Penulis Merupakan Dosen Tetap Prodi Sosiologi Agama UIN Sumatera Utara Konstrasi Dibidang Sosiologi Perkotaan dan Pedesaan

Link Publikasi:
https://medanbisnisdaily.com/news/online/read/2022/01/26/149852/literasi_identitas_agama_leluhur/

HMJ Prodi Sosiologi Agama dan Fakultas Ilmu Sosial UINSU Menggelar Diskusi Publik Dengan Tema: KENAIKAN HARGA BBM, Bela Negara atau Bela Rakyat?

HMJ Prodi Sosiologi Agama bersama Fakultas Ilmu Sosial UINSU Medan menggelar diskusi publik yang dihadiri oleh akademisi, praktisi dan mahasiswa Bertajuk Kenaikan Harga BBM: Bela Negara atau Bela Rakyat? diskusi digelar di Auditorium FIS UINSU Kampus IV Tuntungan.

Diskusi ini diawali oleh sambutan dari Dekan FIS UINSU Prof Dr Abdurrahman, M.Pd .”Diskusi ini bagian dari langkah pencerdasan bagi kita semua. Salah satu ciri orang cerdas adalah tidak mengklaim sebelum mendiskusikan suatu hal,” ucapnya.

Adapun narasumber diskusi publik kali ini yaitu Anggota Komisi XI DPR RI Kamrusammad (secara daring), Faisal Mahrawa dari Ilmu Politik USU, Ketua KNPI Sumut Samsir Pohan, Dosen Prodi Sosiologi Agama FIS UINSU Rholand Muary, Suhaimi Umar Harahap mahasiswa Prodi Sosiologi Agama FIS UINSU yang dimoderatori oleh Uswatun Hasanah Harahap, MA dari FIS UINSU.

Prodi Sosiologi Agama FIS UINSU senantiasa terbuka untuk memberikan kebebasan berekspresi tidak hanya bagi pengurus HMJ atau mahasiswa Prodi Sosiologi Agama saja, tapi bagi mahasiswa FIS UINSU untuk membuat berbagai kegiatan untuk menumbuhkan kapasitas dan kompetensi diri dibidangnya. Dengan terbukanya ruang diskusi di dunia akademik bagi mahasiswa, diharapkan mampu meningkatkan wawasan berfikir serta peka terhadap fenomena sosial yang terjadi baik dalam konteks fenomena sosial keberagamaan maupun dalam kajian strategis di bidang lainnya.